Karena hidup itu seperti jendela. Yang memiliki cerita berbeda, di setiap sisinya.

Senin, 31 Maret 2014

[Review] Be Mine

Penulis : Sienta Sasika Novel, Monica Anggen, dan Kezia Evi Wiadji
Penyunting : Fatimah Azzahrah
Penerbit : Cakrawala
Ukuran : 13 x 19 cm

Tebal : 236 halaman

ISBN : 978-979-383-234-0
Cetakan pertama, 2014

Sinopsis :
Siapa bilang cinta tidak melihat usahamu? Ia tahu kamu berada dalam usaha penaklukan, mengerti bahwa kamu tidak ingin menjadi penghuni abadi dalam dongeng. Ia juga siap memberikan kesempatan kepadamu berkali-kali, bahkan rela menjadi tempat berpulangmu yang paling manis.
Dan… siapa bilang cinta tidak butuh diungkapkan? Tiga novela ini mencoba menuturkan rahasianya…


Kisah manis yang lain dari Sienta, membuatmu tersenyum-senyum sendiri saat membayangkannya. Very sweet!
Irena Widelia (penulis Suddenly in Love dan Loving You)

Nggak bisa pause saat membaca Tink for Peter (Pan). Selain karena perilaku Tink yang lucu, aku juga penasaran banget sama si Tink, apakah dia jadian sama Bram atau Peter? Tidak ada clue yang bisa membuatku menebak. Aku suka endingnya yang manis, yang melibatkan nostalgia masa kanak-kanak.
Dian Kristiani (penulis LUPITA, Lu Pikir Gua Pengemis Cinta)

Kali ini Kezia Evi Wiadji kembali menyajikan kisah yang menyentuh hati dan menginspirasi. Cerita tentang keberanian untuk melangkah kembali dan menutup kenangan masa lalu. Lantunan manis tentang cinta kedua, kesempatan kedua, dan betapa setiap hati merindukan tempat berlabuh yang bisa disebut dengan kata ‘pulang’.
Well written, sweet simple love story, Evi! Just love it.
Rina Suryakusuma  (penulis Lullaby dan Just Another Birthday)

Waktu lihat cover novel ini, tentu saja yang terkesan pertama kali adalah: manis. Tentu saja, ceritanya. Nah, novel ini berisi tiga novella yang tentu saja, manis. Ditulis oleh Sienta Sasika Novel, Monica Anggen, dan Kezia Evi Wiadji.
Dan pendapatku tentang novel ini manis, adalah ketika membuka bukunya. Tulisan –atau ucapan?, Happy Valentine’s Day, langsung menyambut. Nah ketahuan, kan, kalau ceritanya pasti ‘manis-manis’
Cerita pertama, dibuka dengan novela In Love with You, Sienta Sasika Novel.

Cukup mudah untuk mengerti alur ceritanya. Maju dan sesekali mundur, untuk mempertegas jalannya cerita. Adalah Sienta Azadirachta, seorang siswi yang –maaf, tidak terlalu cerdas dalam bidang akademik, dan salah satu siswi yang mengagumi Bintang. Seorang siswa yang genius, bahkan selalu menduduki peringkat pertama di setiap ujian.

Ada juga tokoh bernama Kinan. Satu-satunya siswi yang bisa dekat dengan Bintang. Mereka memang sama. Sama-sama pintar, misalnya. Sama seperti Kinan, dan siswi lainnya, Kinan juga salah satu pengagum Bintang. Menyimpan rasa suka pada Bintang. Dan oh, oh,oh, Kinan sepertinya, tidak suka dengan Sienta. Semakin menarik, ya? 

Dan entah karena kesal –atau ambisi mendapatkan Bintang, Sienta akhirnya memberanikan diri untuk mengatakan perasaannya, pada Bintang. Tetapi, sikap Bintang yang kadang ‘dingin’ itu, malah membuat Sienta kesal. Terlebih saat dibilang o’on. Yah, masuk akal, sih. Secara naluriah, dibilang o’on, pasti kesal setengah mati.

Sienta, entah karena saking beraninya, atau memang tidak berpikir masak-masak, sehingga Sienta berani bertaruh. Dia akan menunjukkan, bahwa bisa masuk lima puluh besar, seperti yang ditantang Bintang. Sienta semakin kesal, dan karena kekesalannya itu, Sienta semakin berani. Dia juga harus membuktikan bahwa dia tidak o’on, seperti yang dibilang Bintang. Bahkan, mengalahkan Kinan, misalnya.

Walaupun Sienta masih berada di peringkat 200-an dari 250 siswa, sebenarnya Sienta berprestasi juga, kok. Di bidang seni lukis, misalnya. Bahkan, di bidang itu, Sienta sangat berprestasi.
Dan, akhirnya Sienta benar-benar berjuang untuk bisa membuktikan bahwa dirinya tidak payah. Tentu saja dengan berbagai kejadian, yang tidak terduga.

Kalau aku pribadi, sih, novela ini cukup menarik. Mbak Sienta mampu menghadirkan cerita remaja yang terkesan ‘manis’ dan enak dibaca. Walaupun aku nggak tahu, kenapa nama tokohnya Sienta dan Bintang. Sama dengan nama tokoh di novel-novel lain Mbak Sienta.

Ada juga di beberapa bagian yang sedikit membosankan. Dan...entah perasaanku saja, atau memang banyak kebetulan. Ya, kebetulan yang menghadirkan –atau menyatukan, antara Sienta dan Bintang. Klise? Menurutku, ya.

Yang bisa aku tangkap, karakter Bintang di sini agak membingungkan, sih. Awalnya, dia terkesan dingin dan oh lala, cuek sekali. Agak kejam juga, waktu menolak –atau apalah itu, Sienta. Balik lagi, mungkin sifat orang bisa berubah semakin berjalannya waktu. Dan pembawannya itu kayaknya seriuuuus banget. Sienta? Hmm, agak manja, sih. Tapi, yang aku suka dari Sienta adalah...dia punya mimpi. Keren, dan aku salut juga dengan kegigihannya mendapat peringkat lima puluh. Itu, sih, karena alasannya, Bintang, cintanya. Nggak tahu loh, ya, kalau nggak diberi alasan karena cintanya. Apa tetap berjuang sedemikian keras? Entahlah.

Nah, ada juga yang menarik, dan memiliki pesan tersirat. Kritikan –atau penggambaran? yang benar-benar menarik. Ini menujukkan kondisi Indonesia juga, loh. Begini,

“Kalau mempunyai kesempatan kuliah di luar negeri, Sienta ingin sekali kuliah di Jepang, belajar bikin komik, game, dan animasi. Di Indonesia ia merasa bakat gambarnya tak dihargai. Tapi apa sih di Indonesia yang dihargai? Para peneliti memilih lari ke luar negeri. Para ekonomi juga kabur ke luar negeri. Yang pada ngendon di sini cuma orang-orang yang kerjanya korupsi berjamaah.” (pg. 43-44)

Tetapi terlepas dari itu semua, novela ini enak dibaca. Selain bisa membuat senyum-senyum sewaktu membayangkan betapa konyolnya Sienta dan Bintang di dunia nyata, ini juga cukup memberi pelajaran yang baik.
Ternyata, cinta butuh usaha dan perjuangan untuk mewujudkannya. Memang tidak selalu gampang, dan oh lala, ending-nya, benar-benar tidak terbayangkan sebelumnya.

Yang kedua, Tink for Peter (Pan), Monica Anggen

Bercerita tentang Peter Harmoso, ketua basket yang menggemari dongeng anak-anak, Peter Pan. Dan ini semakin menarik, ketika Peter, ternyata menginginkan Tinkerbell yang cantik dan baik hati, untuk dirinya, di dunia nyata. Namun, sampai saat ini, Peter belum menemukan Tinkerbell-nya.

Ada juga Tineke Rowena, gadis yang digambarkan berperawakan gempal, polos, dan suka bersyukur. Tineke juga beprestasi dan selalu menduduki ranking sepuluh besar di sekolah.

Bramantya Wistaka pemain basket dengan slam dunk yang tidak bisa diremehkan. Tetapi, yang menyebalkan, adalah sifat Bram. Duh, sayang, cool, sih, tapi sifatnya, sama sekali nggak cool.

“Apa jadinya dirinya kalau sampai diketahui berpacaran dengan Tineke uang mendapat julukan ‘Si Karung Beras’? Membayangkannya saja, Bram rasanya ingin mati berdiri!” (pg. 102)

Nah kalau macam Bram begini, sebenarnya malu atau pengecut, sih?

Tapi, Peter kayaknya suka juga deh, ya sama Tineke.
“Ada yang salah dengan jabat tangan itu. Ada yang salah dengan hati Peter. Ia merasakan ada aliran hangat menuju telapak tangannya dan membuat detak jantungnya berdebar hebat.” (pg.108)

Lucu! Apalagi Tineke yang..yaampun rakus banget. Jatah makanan Peter sebulan saja, dihabiskan. Tapi, wow, yang membuat kagum. Tineke benar-benar tidak merasa rendah diri, karena gemuk. Tetapi menurutku karakternya benar-benar tidak kuat.

Tineke benar-benar rakuuus. Saat ‘adegan’ yang menurutku harusnya galau-mode-on saja, Tineke masih sempat-sempatnya mengurusi perut.
“Masalah Peter bisa menunggu nanti. Sepotong besar daging rending dengan nasi hangat yang memenuhi piringnya jauh lebih menarik daripada meratapi sesuatu yang tidak dimengertinya!” (pg.134)

Sebenarnya, rada aneh dengan Tineke dan Peter yang kayaknya langsung suka waktu pertama kali bertemu. Terasa sedikit...klise.

Hmm...ending-nya mudah tertebak. Tetapi...justru itulah yang membuatku penasaran bagaimana penulis menuturkan ending-nya.

Dan..dari ini aku tahu bahwa cinta memang biarkan saja mengalir. Jangan dipaksakan.
“Mencintai berarti rela berbagi, rela menerima, dan saling mendukung untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.” (pg.159)

Tapi masalahnya, dialog antar tokoh ini kakuuuu banget. Rada aneh, kalau orang yang sudah berteman lama, tapi ngomongnya kaku gitu. Peter dan Bram, misalnya.
Overall, novela yang satu ini cukup ringan dan tetap menarik untuk dinikmati.

Yang terakhir, Second Love, Kezia Evi Wiadji

Bercerita tentang Tiara –anaknya bernama Mia, yang ditinggal suaminya di hari valentine. Tiara kemudian saling menyukai dengan Jimmy –ayahnya Leon. Seperti judulnya, Tia, belum bisa melupakan bayangan suaminya.

Okelah bagi saya ini sedikit aneh. Apalagi Tiara yang kayaknya langsung suka sama Jimmy waktu pertama ketemu di tempat makan –Pizza Hut. Di sana, Mia mengajak Leon untuk makan bareng.

Dari situlah akhirnya Jimmy dan Tiara sering bertemu. Dengan alasan anak mereka sahabat dekat, tentu saja. Yah, mereka sama-sama merasakan kebahagiaan yang utuh dan baru. Akhirnya Jimmy memulai pedekate kepada Tiara.

Tetapi entahlah Tiara akhirnya bisa melepaskan masa lalu, yaitu bayangan suaminya atau tidak? Atau tetap melaju bersama Jimmy?
Itulah pertanyaan terbesar saat membaca novela ini –menurut saya.

Alurnya bagus, mengalir. POV satu yang digunakan juga oke. Karakteristik jelas. Mbak Evi sepertinya memang sudah piawai menuturkan kisah sehingga terbungkus dengan manis.

Tetapi konfliknya benar-benar kurang ngeh. Kurang membuat aww-moments yang bikin deg-degan atau apalah itu. Malah menurutku terkesan dataaaarrrr banget.

Rada geli, sih, baca yang ini. Soalnya menurutku ini lebih bagus jadi cerita abege daripada janda-duda-beranak-satu. Kurang...yah, begitulah. Mungkin kalau ceritanya Mia sama Leon lebih bagus. Mereka unyu-unyu gitu keliatannya.

Tapi novela ini oke-oke aja, kok dan cukup enak dibaca. Manisnya tetap kerasa. Dari sini kita belajar melepas masa lalu dan mengambil langkah maju. Percayalah, kita masing-masing mempunyai kesempatan yang sama.  
“One’s first love is always perfect, until one’s meets second love.” (pg.231)

Dari keseluruhan, aku kasih rating 3 bintang untuk ketiga novela itu.

1 komentar:

  1. cieee.... keren banget reviewnya... coba bikin cerita aja nai, siapa tahu kamu bisa bikin novel sendiri.. :D

    BalasHapus

Copyright © Jendela yang Bercerita Published By Gooyaabi Templates | Powered By Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com