Karena hidup itu seperti jendela. Yang memiliki cerita berbeda, di setiap sisinya.

Minggu, 22 Juni 2014

Semuanya Baik-baik Saja

(gambar aseli di sini Selebihnya editan pribadi :P)
*

#Sepi—Tiara, bersama rasa yang menyakitkan.

Aku tidak pernah berusaha mencintai bayangmu. Yang kuusahakan selama ini, adalah mencintai dirimu. Sepenuhnya.

Tetapi, sebelumnya aku tidak pernah menyadari, bahwa mencintaimu ternyata menyesakkan. Aku mencintaimu dan aku ingin memilikimu. Tapi nyatanya, kamu sudah berpunya. Itu menyakitkan.

Tapi lebih menyakitkan, saat aku terus mencintaimu, tanpa bisa memilikimu.

Kalau dulu ada orang yang berujar kepadaku, bahwa ada orang yang terus bertahan mencinta walau tak bisa memiliki, aku akan menyebut orang itu bodoh. Tapi fakta yang sekarang terjadi, adalah, aku berada di posisi yang sama.

Tidak sekalipun dalam hidupku terpikir untuk mencintaimu.

Selama ini.

Terus bertahan.

Rabu, 18 Juni 2014

Wishful Wednesday [4]

Prelude


Penulis : Sam Umar
Penerbit : Noura Books
Harga : Rp 39.950 (sini )
Sinopsis : Bach Festival—Festival Musik Klasik
 
Sesuatu memang harus diungkapkan supaya enggak ada rasa sakit…
 
Ada dua impian Tina. Kuliah musik di Leipzig dan menyaksikan Festival Bach. Satu per satu impiannya terwujud. Dia pun belajar selo dengan Maria Tan, pemain selo profesional idolanya. Dia juga dekat dengan Hans, seniornya yang jago main 
keyboard.
 
Dan saat musim panas menjelang, Tina semakin bahagia. Akhirnya … Festival Bach! Tina memilih Prelude dari 
Cello Suite No. 1 untuk audisi festival. Dan ternyata, karya inilah yang menguak rahasia-rahasia—tentang siapa sebenarnya Maria Tan, juga tentang perasaan Hans yang sesungguhnya ….

Senin, 02 Juni 2014

Rasanya Memang Menyakitkan. Aku Tahu Itu.

(gambar ini juga nyolong dari punya teman :P)
“Tita?”

Aku hanya tersenyum kecil, menatap sosok dihadapanku dengan gusar. Senyumku nyaris saja pudar. Tetapi demi melihatnya tersenyum lebar ke arahku, aku memaksakan senyumku terbentuk kembali.

Aku bahkan tidak peduli pada dadaku yang berdenyut nyeri. Aku hanya perlu tersenyum. Itu saja. Karena aku tahu, yang diinginkannya, hanyalah senyumku. Aku mengerti, yang ia mau, bahwa aku, yang baik-baik saja.

Rasma memelukku, erat. Lalu aku merasakan bahuku hangat. Aku juga mendengar isakannya yang terdengar menyakitkan. Mati-matian aku menahan air mataku agar tidak tumpah. Aku hanya balik memeluknya, tanpa mengatakan apa-apa.

Getaran-getaran kecil tubuh Rasma terasa dikulitku. Tangan kananku beranjak naik, mengusap rambut hitam panjangnya yang lembut. Aku bergumam-gumam kecil. Membisikkan kalimat pelan-pelan di telinganya.

Bagiku, tidak ada alasan untuk membahagiakan Rasma. Tidak ada alasan untuk membuatnya sakit hati. Kebahagiaan Rasma, adalah segala-galanya bagiku.

Copyright © Jendela yang Bercerita Published By Gooyaabi Templates | Powered By Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com