![]() |
Ambil di favim, lupa link utuhnya:v |
Sudah nyaris dua minggu,
mungkin? Rasanya lama sekali, kita tidak saling bertukar sapa. Terakhir kali
kau mengunjungiku, aku dalam keadaan lelah, seperti biasanya. Kau datang,
menyapa. Tapi seperti biasa, alih-alih menghiburku, kau malah tertawa, seakan
aku hanya bisa terdiam, tidak bisa melakukan apa-apa.
Rasanya,
beban menumpuk itu memang mengganggu. Tapi lagi-lagi, kedatanganmu
menghapusnya. Seperti candu. Kau itu memang aneh, sekaligus menakjubkan. Aku
tidak pernah bisa berhenti berdecak kagum, membiarkanmu berdecih aneh.
Biarkan
saja, lagi pula, kenapa kau selalu terlihat menawan?
Saat
itu, dalam keadaan lelah fisik, aku berseru marah. Kenapa kau selalu datang
saat aku tidak fit? Kenapa tidak saat aku masih sanggup mengejarmu, mengikuti
langkah kakimu?
Kau
sendiri masih sama seperti saat yang lalu. Diam dan tidak merespon. Pura-pura
tidak mendengar suaraku dan malah asik sendiri.
Mungkin
saja, kau tidak ingin kuikuti. Tidak ingin membagi langkah denganku. Yah, aku
sendiri juga tidak suka diikuti. Apalagi, kalau itu stalker. Kau memang tidak suka dengan stalker, kan?
Aku mengerti.
Aku tahu.
Kau
selalu saja begitu. Membuatku bosan dan kesal. Kau selalu bilang, bahwa kau
tahu. Cih, seperti tahu segalanya saja! Tapi faktanya, kau memang tahu
segalanya. Terlebih bila itu yang bersangkutan denganku.
Kuakui
itu memang memudahkan. Tapi, tak pelak juga membuatku benar-benar kesal.
Dan
reaksimu selalu sama, tawa lebar dengan suara keras.
Banyak
yang bilang, kau hitam. Lebih hitam dari warna hitam yang pernah dijumpai. Kau
terlalu pekat dan gelap. Hitam sempurna.
Tapi,
bagimu, itu bukan masalah. Katamu, itu sama sekali tidak menyinggungmu. Lagi
pula, kau selalu suka warna gelap. Bukan masalah.
Kau
tahu, akhir-akhir ini aku merasa cemas. Takut dan bingung. Aku butuh bantuanmu,
ingin berbicara banyak, seperti yang dulu kita lakukan. Aku ingin bertukar
solusi, mencari yang terbaik.
Tapi..., kenapa
kau tidak datang?
Bahkan,
selama dua minggu penuh, aku selalu mencarimu. Menanyakan, mungkin saja ada
yang melihat ke arah mana kau mengambil langkah pergi. Tapi, kau urung juga
kutemukan.
Aku
memang sedang ketakutan. Tanpamu, aku tidak bisa menjelaskannya. Denganmu, aku
juga tidak tahu rasanya seperti apa. Intinya, ada atau tidaknya kamu, aku tidak
tahu mana yang terbaik.
Yang
kupikirkan, hanyalah, aku sedang membutuhkanmu.
Lama
tidak jumpa rasanya aneh. Berjumpa juga rasanya aneh.
Yang
jelas, sekarang kau ada di mana?
Kuharap,
kau tidak sedang bermalas-malasan.
Kabarku
baik saja, kalau kau ingin tahu. Yah, walau aku yakin kau sudah tahu kabarku
dan malah berdecih, bilang bahwa aku tidak sedang baik saja. Terserahlah.
Jadi...,
bagaimana kabarmu?
0 komentar:
Posting Komentar