Tebak,
bagaimana waktu berjalan?
Melintas
di udara?
Menyelam
di air?
Terbakar
bersama api?
Membeku
bersama es?
Atau,
dia punya caranya sendiri?
Pernah
berpikir waktumu akan habis?
Kupikir,
kamu akan menjawab tidak.
Kenapa?
Karena kamu tidak menyadari, untuk apa aku susah-susah menebaknya?
Oke,
berhenti.
Waktu.
Begitu
kudengar bisikannya, aku masih acuh
Hingga
dentuman itu membuatku terpekur
Tik.
Detik
itu berbunyi, pentingkah satu detik itu?
Tik
tik.
Dua
detik, aku masih tidak peduli
Tik
tik tik
Tiga
detik, aku masih biasa saja
Tik
tik tik tik tik tik....
Dan
begitu tanpa henti, aku masih diam dan akhirnya, aku berpikir
Kemana
ribuan detik tadi?
Semuanya
hilang sia-sia
Dalam
temaramnya sinar rembulan,
Aku
mengaduh,
Waktuku
sudah habiskah?
Telingaku
jengah dengan suara yang redam
Kecuali,
Tik.
Detik
masih berjalan
Aku
menghambur,
Menggelayut
bersama angin,
Tenggelam
dalam impianku yang terabaikan,
Dan
nyaris musnah dengan harapanku yang tertinggal.
Tik.
Aku
terlonjak,
Begitu
kudengar detik berdentang lagi, aku tersenyum
Kini,
aku tahu bagaimana waktu berjalan
Waktu,
bukan melulu soal siang dan malam,
Bukan
melulu soal pembatasan,
Waktu
berjalan, memberimu kesempatan
Memberi
sekat untuk mimpimu
Waktu
berjalan,
Bukan
dengan caranya,
Tapi
dengan cara kita sendiri,
Berdentang
melalui detik,
Terus
menjadi detik jika kita menyelam waktu dengan impian
Akan
menjadi menit, jika kita terpekur dalam kemalasan,
Akan
menjadi jam, jika kita tergantung dalam angan semu,
Akan
habis, jika kita tidak menyadarinya.
Kupikir,
waktu adalah keajaiban
Dan,
jawabanku memang benar.
0 komentar:
Posting Komentar