Malaikat
itu berjalan sendirian.
Menapaki
setiap tangga rapuh yang ada di hadapannya.
Terus
berjalan....
Di
bawah payungan hujan,
Di
antara muntahan sinar mentari,
Di
balik cahaya bulan,
Di
setiap sekat rindu ini.
Malaikat
itu menyendiri dalam keramaian
Berjalan
menunduk dan berharap menemukannya
Ia
mencari sesuatu
Yang
kulihat, malaikat itu tidak pernah berhenti berjalan
Dalam
ruang waktu, aku berpikir, mungkin ia mencari sayapnya yang patah
Memang,
dia sudah tidak memiliki sayap
Tapi,
dia malaikat
Aku
mempercayainya
Wajahnya
bersinar ketika memantulkan cahaya matahari
Kulitnya
begitu putih
Rambutnya
berkilau
Dan
matanya berkilat keteduhan
Ini
sudah kesekian kalinya aku melihatnya berjalan menunduk
Dengan
sejumput keberanian, aku mendekatinya
Kupanggil
malaikat itu
“Mencari
sayapmu?”
Dia
tersenyum kecil dan menatapku dengan tatapannya yang sejuk
Dia
menunjuk punggunya yang kosong
Dengan
lirih, ia berkata, “Setiap manusia memiliki satu sayap. Dan akan memiliki sayap
yang lengkap jika mereka menemukan pasangannya.”
Aku
terpekur dan bungkam tanpa suara
Dia
bukan malaikat? Tapi, bagiku dia malaikat
Dengan
lembut, ia membelai puncak kepalaku,
“Aku
mencari serpihan hatiku yang tertinggal disini. Kamu benar, sayapku juga
hilang. Bersamaan dengan separuh batinku yang telah meninggalkanku. Disini, aku
mencari serpihan hatiku yang mungkin masih tertimbun rapi. Kemudian, aku akan
pergi. Membawa serpihan itu dan kuharap, kamu menemukan sebelah sayapmu.”
Aku
mendekapnya,
Bagiku,
malaikat tidak harus memiliki sayap,
Kamu
tahu siapa malaikat yang ada dalam dekapanku?
Dia,
bundaku,
Malaikat
yang terlihat,
Dan
tidak perlu menemukan sayapnya,
Aku
tidak membutuhkan sayapnya,
Aku
membutuhkan cercah kasih sayangnya,
Tapi,
dia berpesan kepadaku,
“Dengan
serpihan hati, aku akan melewatkan hal yang mungkin tidak berarti. Tetapi, aku
kini menyadari. Aku tak perlu pergi menjauh demi hati yang tinggal separuh. Karena,
aku masih memilikimu, anakku.”
Kamu
pasti tahu apa yang ada dalam benakku,
Karena,
aku tentu membutuhkan malaikat ini, bundaku.
0 komentar:
Posting Komentar